Kemantren Ngampilan Dukung Kebijakan Pemerintah Kota Yogyakarta terkait Zero Sampah

NGAMPILAN - Mantri Pamong Praja Kemantren Ngampilan, Endah Dwi Dinyastuti, S.E., M.M. menerima kunjungan dari Dosen Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada Zulfikar Dinar Wahidayat Putra, S.T., M.Sc. di Kantor Kemantren Ngampilan Rabu (18/01/2023). Kunjungan ini terkait dengan Pelaksanaan Bank Sampah di Kemantren Ngampilan. Dalam penjelasanya terkait Bank Sampah Mantri Pamong Praja Kemantren Ngampilan menjelaskan dalam Pra- Kondisi Pelaksanaan Bank Sampah :

  • Kebanyakan warga yang bersemangat untuk mengoperasikan bank sampah karena memiliki jiwa sosial yang tinggi untuk menggerakan bank sampah. Kebanyakan adalah kader-kader yang aktif di berbagai organisasi kemasyarakatan yang ingin lingkungannya bersih.
  • Kebanyakan warga yang bersemangat menjadi nasabah karena dapat menjadi penghasil tambahan pemasukan. Tabungan di bank sampah dapat diambil pada beberapa momentum, seperti saat lebaran. Ada juga yang mengambil tiap hari untuk membeli kebutuhan harian.
  • Faktor-faktor utama yang menentukan keberlangsungan sebuah bank sampah untuk terus menerus aktif beroperasi adalah inovasi yang berkelanjutan (misalnya: pembuatan eco-brick, sabun dari minyak jlantah, dan lain sebagainya), warga yang antusias, dan penggerak yang kreatif dan inovatif.
  • Tingkat sosial-ekonomi tidak memengaruhi keaktifan dalam mengoperasikan maupun berpartisipasi dalam bank sampah. Hanya saja pola piker sebagian warga yang memengaruhi keaktifan mereka. Selain itu, ada juga kasus dimana jika tingkat pendidikan rendah maka ekonominya rendah, sehingga mereka tidak bisa menyediakan fasilitas kantong pilah/tempat sampah pilah sendiri. Sementara pemerintah saat ini tidak bisa beli barang-barang tersebut karena aturan yang ada.
  • Warga yang aktif dalam mengurus dan menjadi nasabah bank sampah biasanya adalah kader penggerak yang berkecimpung di berbagai organisasi kemasyarakatan karena jiwa sosial tinggi. Karena itu, sinergitas program antar lembaga bisa terwujud. Penggerak tersebut juga memiliki jiwa sosial tinggi, bersedia untuk mengurusi hal-hal yang bersifat sosial, mau untuk mencari ilmu baru, dan memiliki ketrempilan untuk mempersuasi warga.
  • Area yang paling sulit untuk diintervensi adalah di area bantaran sungai. Karena Ketika kurang intervensi, area tersebut sangat rentan warganya kembali mbuang sampah ke kali.

Pelaksanaan Bank Sampah di Kemantren Ngampilan sampai saat ini dapat dikatakan berjalan dengan lancar, berikut merupakan gambaran umum pelaksanaan Pengelolaan Bank Sampah di Kemantren Ngampilan :

  • Secara umum, performa bank sampah di wilayah Kemantren Ngampilan cukup baik. Terdapat 21 Bank Sampah dengan klasifikasi 13 Bank Sampah aktif dan sisanya dalam pembinaan. Paling tidak seminggu sekali ada penimbangan di bank sampah. RW. 8 Notoprajan dan RW.5 Ngampilan sebagai percontohan. Omzet bank sampah sangat tinggi dan sangat bermanfaat untuk warga. Warga sudah mulai memilah setelah kebijakan GZSA karena TPS dan Depo saat ini sudah dijaga dan dipantau dari pembuangan sampah anorganik.
  • Sampai saat ini, Pemerintah Kemantren telah melakukan beberapa upaya dalam mendukung keberlangsungan Bank Sampah di tiap RW, antara lain: melakukan sosialisasi dan edukasi ke tiap pertemuan untuk semua kalangan, termasuk anak kecil. Kantor Kemantren sudah berupaya memilah sampah sendiri juga. Kemantren juga mengadakan pertemuan dengan koordinatorbank sampah Kemantren dan fasilitator kelurahan (sebanyak 21 orang) untuk memonitor dan mengevaluasi performa bank sampah. Selain itu, Kemantren memberi dorongan berupa motivasi, sosialisasi, edukasi, dan fasilitasi kepada seluruh bank sampah.
  • Ada beberapa kendala-kendala dalam pelaksanaan upaya-upaya tersebut, antara lain: ada beberapa warga yang masih belum sadar akan pentingnya pengelolaan sampah, ada beberapa inovasi yang kurang berhasil (misalnya: pembuatan kompos dengan ember), sulit mengedukasi warga yang cuek dan belum memiliki cara berpikir yang sesuai dengan visi pengelolaan sampah, dan ada warga yang banyak alasan (misal: tidak punya lahan, tidak punya waktu, ekonomi sulit jadi mending cari uang daripada memilah sampah)
  • Kemantren menyikapi kebijakan zero sampah anorganik di Kota Yogyakarta dengan melakukan penghimbauan kepada seluruh rumah tangga jauh sebelum kebijakan GZSA diterbitkan. Sehingga untuk saat ini, Kemantren sudah tidak lagi menghimbau, melainkan mewajibkan seluruh rumah tangga untuk memilah sampah mereka. Sampah anorganik masuk ke bank sampah. Sementara, sampah organik dikelola dengan losida dan ember tumpuk. Kemantren terus melakukan sosialisasi kebijakan dan edukasi ke warga serta melakukan koordinasi dengan stakeholder untuk melaksanakan GZSA. Lurah juga melakukan koordinasi ke tiap RT melalui satgas GZSA untuk memantau pemilahan sampah di tiap rumah tangga. Dengan hal tersebut, makin banyak warga yang ikut serta bank sampah.